Bangun jangan lengah
tempuhlah kehidupan dengan benar
barang siapa menempuh hidup dengan benar
Ia akan berbahagia baik di kehidupan ini dan di kehidupan yang akan datang
-Buddha-
Begitulah sabda Sang Buddha agar kita semua dapat menempuh hidup ini dengan benar, menjauhi cara-cara hidup yang salah dan perbuatan yang buruk agar di kehidupan yang sekarang kita jalani kita bisa berbahagia, sebagai bekal untuk di kehidupan yang akan datang.
Setelah wafatnya kedua orang tua saya dalam 2 tahun terakhir, saya semakin giat belajar Dhamma, giat untuk menyelaminya, giat untuk mempraktekannya. Dalam tahun 2019 ini saja saya sudah mengikuti tiga kali kursus dasar Agama Buddha untuk menambah pengetahuan Dhamma dan yang terakhir saya mengikuti Kursus Dasar Dhammaduta. Mandat mendiang ibulah yang membuat saya mau menyelami dan menjadi seorang Dhammaduta. Mendiang ibu berkata kepada saya beberapa bulan sebelum beliau wafat, agar saya giat belajar Dhamma dan dapat aktif di kegiatan keagamaan. Entah mengapa tahun 2019 adalah tahun yang begitu sibuk bagi saya, hampir setiap minggu selalu ada kegiatan yang lebih banyak mengarah pada kegiatan sosial dan kerelawanan. Dan ada saya jalinan jodoh dengan orang-orang baik yang mengajak saya untuk berbuat baik, mulai dari ikut kegiatan Komunitas OTR, ikut kegiatan Tzu Chi, pendampingan anak kanker, sampai gabung ke wadah Dhammaduta Muda Dasa Paramita.
Kadang saya menangis di tengah malam, jika ingat pada mendiang Ibu dan Ayah. Saya juga bertanya kepada diri saya, kenapa saya tidak giat mempelajari Dhamma , disaat beliau masih hidup, tentu beliau akan senang jika melihat saya seperti itu. Tetapi kemudian saya berpikir, jika saya berpikir seperti itu batinku akan semakin merosot, kemelekatan akan keluarga akan semakin membuatku menderita. Justru aku masih punya beberapa kewajiban sebagai anak meskipun kedua orang tuaku sudah tiada. Pada Sigalovada Sutta, dikatakan bahwa apabila orang tua sudah meninggal, masih ada kewajiban yang harus dilakukan seorang anak, yaitu Menjaga warisan/harta orang tua agar pantas digunakan dan tidak dihambur-hamburkan, menjaga nama baik atau kehormatan keluarga dan yang terakhir adalah giat melakukan pelimpahan jasa atau Patidana kepada Mendiang serta sanak keluarga dan para leluhur.
1. Menjaga Warisan / Harta orang tua.
Jagalah warisan / harta orang tua dengan baik, jangan dihambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak pantas, misalnya dihambur-hamburkan untuk kesenangan duniawi. Sebaiknya harta tersebut dijaga dan bisa digunakan untuk hal-hal yang bersifat penting dan lebih bagus jika disisakan untuk berbuat kebajikan kepada sesama, seperti berdana kepada Sangha dan Vihara.
Justru Harta yang paling berharga yang orang tua saya wariskan kepada saya bukanlah harta dalam bentuk uang atau bangunan, melainkan mendiang ayah mewariskan saya banyak buku Dhamma yang membuat saya baru tahu bahwa ayah senang membaca buku Dhamma, meskipun tidak pernah sekalipun ayah meminta saya untuk membaca buku Dhamma atau bahkan mengajari saya membaca Paritta. Ibu mewariskan saya cinta kasih yang tulus yang tidak tega melihat orang susah dan mau menolong siapapun.
2. Menjaga Kehormatan / Nama Baik Keluarga.
Seorang yang sudah tidak memiliki ayah / ibu atau keduanya, wajib menjaga nama baik atau kehormatan kedua Orang Tuanya dengan menjaga perilaku dan tata susilanya didalam pergaulan. Dan hal tersebut bisa dilakukan dengan merawat dan melaksanakan Sila. Didalam Mangala Sutta dikatakan :
VINAYO CA SUSIKKHITO / Terlatih Baik dalam Tatasusila
SUBHASITA CA YA VACA / Ramah Tamah dalam Ucapan
Maka dari itu seorang anak wajib menjaga nama baik kedua orang tuanya dengan memiliki pengendalian diri dari hal-hal buruk dan selalu berbicara yang ramah dan memilki kesopanan kepada siapa saja khususnya terhadap orang yang lebih tua.
3, Melakukan Pelimpahan Jasa / Patidana.
Seorang anak yang sudah tidak memiliki orang tua, wajib melakukan pelimpahan jasa kepada mendiang orang tuanya sebagai wujud bakti kepada mereka. Dengan harapan agar apabila orang tuanya terlahir di alam-alam rendah dapat mengetahui perbuatan baik yang dilakukan oleh si anak, sehingga orang tuanya menjadi berbahagia dan dikemudian dapat terlahir di alam-alam bahagia.
Melakukan pelimpahan jasa bisa dilakukan dimana saja dan setiap hari, Saat kita melakukan perbuatan baik, seperti berdana, pelepasan makhluk hidup dan bahkan saat membacakan Paritta suci dan bermeditasi, setelahnya kita dapat membacakan Paritta Patidana yang diarahkan kepada mendiang.
Nah, ketiga hal itu wajib dilakukan apabila salah satu atau kedua orang tua kita telah tiada. Saran saya bagi yang belum bisa melepas kepergian orang tua adalah hanya dengan melepas dan mengurangi kemelekatan kita kepada mereka, karena percuma saja kita terus menerus menangisi kepergian mereka, yang ada kita hanyalah memupuk karma buruk dan membuat mereka menjadi tidak bahagia pada kehidupan yang sedang mereka jalani. Yang hanya bisa kita lakukan hanyalah menerima karma kita dan terus melanjutkan hidup. Bangun dan jangan lelah, maksudnya adalah bangun dari kegelapan batin yang menghinggapi kita, toh pada dasarnyan semua makhluk akan mengalami kelapukan. Jangan Lengah, maksudnya adalah jangan lengah pada segala macam perbuatan buruk, baik melalui pikiran, ucapan ataupun perbuatan.
Selagi masih hidup, manfaatkanlah kehidupan kita dengan hal-hal yang baik & berguna yang membawa kita kepada kebahagiaan. Justru dengan hanya mengeluh, menyesali yang telah berlalu dan malas-malasanlah yang akan membuat batin kita tidak berkembang, malah semakin mandek !.