Senin, 29 April 2019

Ikut Volunteer Gathering Pita Kuning

halo teman-teman, kali ini aku ingin membagikan sedikit cerita loh, ceritanya begini jadi pada tanggal 27 April 2019 lalu aku mengikuti sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI), kegiatan tersebut bernama Volunteer Gathering Pita Kuning, yaitu yang bertujuan sebagai pertemuan para Volunteer atau relawan pendampingan / asuhan paliatif kanker dibawah naungan YPKAI. Aku sendiri mulai bertugas sebagai relawan sejak 21 Juni 2017 (Batch 5) dan hingga sekarang aku sedang mendampingi anak Pita Kuning yang ke-3, yaitu Yoga Rivaldi untuk periode Maret - Juni 2019.

Nah untuk event yang kali ini adalah keikutsertaanku yang pertama kali pada volunteer gathering, makanya ini hal yang menurutku spesial untuk ditulis kedalam blog. Volunteer Gathering mulai dari pukul 10.00, tetapi aku baru datang sekitar pukul 11.00, karena paginya aku masih harus membereskan urusan pekerjaan yang belum selesai. Tempat pelaksanaan volunteer gathering juga lumayan memakan waktu, yakni sekitar 1 jam menggunakan motor dari Tangerang menuju RPTRA Borobudur yang berada di kawasan menteng, tepatnya bersebelahan dengan kampus pascasarjana Universitas Pancasila. Sepanjang perjalanan dari Tangerang menuju Grogol aku dihampiri dengan kemacetan, padahal itu hari sabtu loh, dan sesampainya di kawasan menteng aku mataku mulai tertegun hehe, karena banyak gedung-gedung besar megah mengelilingi jalanan ibu kota terlebih pada saat melewati Stasiun Cikini yang bangunannya lumayan kuno.

Akhirnya aku tiba juga di RPTRA Borobudur tempat dilaksanakannya volunteer gathering Pita Kuning, sampai disana aku mengisi absen dan langsung duduk di bagian depan (karena hanya itu yang masih kosong hehe) untuk mendengarkan presentasi dari kak Devita, koordinator relawan. Banyak yang kuserap dari presentasi tersebut terutama mengenai sistem manajemen kerelawanan di Pita Kuning. Selesai presentasi kami langsung dibagi kelompok sesuai dengan anak dampingan dan kakak peksos (pekerja sosial). Saya dan beberapa teman yang lain memiliki satu peksos yang sama tetapi berbeda adik dampingan, dan kami saling sharing mengenai cerita saat pendampingan, mulai dari kegiatan yang dilakukan, kondisi anak dampingan, kondisi ekonomi keluarga anak dampingan, hal-hal yang menyenangkan dan menggagumkan mengenai perjuangan dan kedewasaan si anak dampingan dalam menghadapi penyakitnya sampai dengan cerita yang membuat berlinang air mata, yakni kematian anak dampingan. 

Selesai kami berbincang  untuk saling bertukar pikiran dengan kak rizki (peksos) dan makan siang, lalu tiba saat yang paling menarik, tak terlupakan, mengesankan dan membekas di hati, yakni kami diajak bermain dengan Komunitas TGR atau yang disebut Traditional Games Return. Apakah itu TGR, yaitu sebuah komunitas yang berusaha untuk membangkitkan kembali mainan-mainan tradisional Indonesia. Awalnya kami mulai diajak bermain yang melatih keseimbangan kerja otak kiri dan kanan, diajak mengulang kata-kata dan memaikan kode-kode gerakan yang membuat banyak dari kami kebingungan karena tidak sinkron.


Kemudian kami diajak bermain mainan tradisional seperti balap karung, jalan bakiak, gasing tradisional, main engklek, enggrang batok, catur jawa, congklak, dan yang paling menarik menurutku adalah Rangku Alu atau Tari Tongkat, dimana permainan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama bertugas untuk memainkan bambu dan bernyanyi lagu-lagu tradisional dan kelompok kedua bertugas untuk menari sembari menghindari jepitan bambu dan penari akan masuk dalam bidang persegi dan melompat-lompat sesuai irama buka tutup bambu. 

Rangku Alu (Tari Tongkat)
Senangnya main mainan tradisional
Gasing Bambu
Main Congklak
Jalan Bakiak
Catur Jawa (Baru tahu kan kalo Indonesia punya permainan catur sendiri)

Gimana, serukan bermain permainan tradisional !, TGR juga punya slogan loh, yaitu "Lupakan Gadgetmu, Ayo main di luar", jika kalian mau lebih tahu tentang permainan tradisional, kalian bisa follow IG dari TGR, yaitu di @tgrcampaign dan membeli mainan tradisional tersebut di @tgrstore.id. Selesai bermain tradisional ini juga jadi pelajaran buat kami yang hadir pada waktu itu, bahwa untuk sejenak kami melupakan gadget kami dan bermain permainan tradisional untuk mengingat-ingat masa kecil kami, saya juga teringat kalo dulu waktu sd pernah bermain benteng-bentengan bersama teman-teman dan waktu itu memang belum ada gadget jadi kami pastinya harus main diluar bersama teman-teman. Memang berbeda sekali di jaman yang serba modern saat ini kita lihat anak-anak yang masih balita sudah mengenal gadget dan kalau tidak diberi gadget bisa ada yang menangis. Sungguh ironis sebetulnya dengan mudahnya orang tua memberikan anaknya gadget ketika tidak mau makan atau hanya sekedar untuk mendiamkan anaknya, namun tidak diberikan pendidikan sosial dan karakter yang bisa didapat dari permainan tradisional ini. Menurut saya permainan tradisional melatih kita untuk mau tidak mau tidak menjadi pribadi yang JAIM hehe atau alias antipati terhadap sosial, ya dalam permainan tradisional kita harus berkomunikasi dan berkerja sama agar permainan bisa menjadi suatu permainan yang menarik untuk dimainkan. Permainan tradisional mengajarkan kita untuk berani bersosialisasi, melatih kecerdasan berpikir yang tentunya bagi anak usia dini sangat penting, dan yang paling penting dari permainan tradisional itu adalah adanya "PENDIDIKAN KARAKTER", karena anak dapat bisa lebih menyatu dengan alam dan bertemu dengan teman-teman baru secara "NYATA", hal itu menurut saya bisa memberikan karakter saling menghargai dan menghormati orang lain,  mengembangkan empati, sadar dan taat pada peraturan, kedisiplinan, kemampuan anak menyesuaikan diri ditengah pergaulan, dan terutama permainan tradisional dapat membantu untuk mengontrol emosi dan kepekaan sosial si anak. Lain halnya apabila si anak hanya menghabiskan waktu bermain dengan gadget sepanjang hari, disana tidak ada interaksi sosial sehingga bisa menumbuhkan sikap antipati kepada si anak atau sikap acuh tak acuh / masa bodoh, dia mungkin bisa menjadi orang yang pintar secara intelegensi (IQ), namun tidak pandai dalam hal kecerdasan emosi (EQ). Dan justru berdasarkan penelitian dari para psikolog bahwa IQ hanya berperan 10 % dan paling banyak 25 % sebagai penentu kesuksesan seseorang, sisanya tergantung faktor lain, termasuk EQ.



PILIH YANG MANA ?
GADGET VS PERMAINAN TRADISIONAL

JAWABANNYA : HARUS DIIMBANGI



Tentu di zaman yang sudah maju tidak mungkin kita bisa lepas dari yang namanya gadget, bahkan anak-anak kecil balita sudah bisa menggunakan gadget dengan mudahnya, tetapi harusnya permainan tradisional itu pun jangan ditinggalkan, karena permainan tradisional dapat membentuk karakter  dan perilaku yang sudah diuraikan diatas.

Jadi itulah sekilas cerita saya pada hari sabtu pagi hingga menjelang sore, yaitu mendapatkan pelatihan kerelawanan dan bermain permainan tradisional yang menyenangkan. Teman-teman yang ingin menjadi relawan pendampingan anak kanker, jangan ragu untuk segera mendaftar di bach berikutnya, kalian tentu harus mengikuti training relawan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai palliative care dan kanker agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Segera daftar ya di pitakuning.or.id atau bisa mencari informasinya di indorelawan.org. Menjadi relawan adalah berusaha untuk hidup sebaik-baiknya, berusaha untuk menjadi manusia sesungguhnya, berusaha untuk mengembangkan cinta kasih pada diri kita dan sesama, dan tentunya menjadi relawan adalah suatu berkah karena bisa bersumbangsih baik melalui nilai material maupun immaterial.
Volunteer Gathering Pita Kuning - 27 April 2019
BATCH 1 - 10

Senangnya dapat berbagi, karena dengan berbagi, hidup ini penuh dengan cinta kasih


Kurnia Yosep Cahyadi


nb : foto bersumber dari komunitas Traditional Games Return (TGR) dan google.com.








Kamis, 25 April 2019

Kesehatan Jasmani dan Kecencerungan Kriminal

Kesehatan Jasmani dan Kecenderungan Kriminal 
dikutip dalam buku "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda"
Karangan Ven.K.Sri Dhammananda

Pada kesempatan kali ini ada suatu tulisan dalam buku yang menurut saya menarik untuk dibahas, buku tersebut berjudul "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda" karangan Ven.K.sri Dhammananda yang salah satu topiknya berjudul "Kesehatan Jasmani dan Kecenderungan Kriminal" (Hal.7). Topik yang sederhana ini hanyalah mengenai kesehatan batin, tapi memiliki pengaruh yang besar terhadap seluruh aspek kehidupan, silahkan disimak dibawah ini artikel singkat namun menarik untuk dipahami :


Dalam hubungannya dengan kesehatan, yang paling mengkhawatirkan di antara berbagai macam penyakit di zaman sekarang ini bukanlah TBC ataupun kanker. Saat ini TBC hampir tidak menjadi masalah dan mungkin tidak lama lagi ada harapan untuk menyelamatkan penyakit kanker. Yang mengkhawatirkan pada zaman sekarang ini adalah meningkatnya jumlah penderita yang disebabkan oleh ketegangan jiwa (gangguan kejiawaan).



Sehingga kita dipaksa untuk membuat lebih banyak rumah sakit dan lembaga - lembaga untuk para penderita gangguan kejiwaan dan berbagai macam gangguan saraf. Masih banyak lagi orang yang tidak menerima pengobatan walaupun sesungguhnya sangat membutuhkannya.

Hal itu mungkin dapat menjelaskan mengapa unsur kejahatan di dalam masyarakat disebutkan sebagai penderita gangguan jiwa. salah satu hasil yang telah dicapai sejauh ini berdasarkan hasil penyelidikan Freud adalah diketahuinya bahwa para pelaku kejahatan dan kenakalan merupakan orang - orang yang sakit jiwa, mereka lebih membutuhkan perawatan daripada sekedar hukuman. Hal ini merupakan pandangan secara terpisah pada persoalan kemasyarakatan yang maju dan membuka jalan untuk memperbaikinya, bukannya malah membalas dendam.



Video diatas bisa sebagai pelengkap bahwa sesungguhnya orang-orang yang memiliki gangguan jiwa itu bukan harus dijauhi, justru malah sebaliknya, kita harus memiliki empati kepada mereka karena adanya metta atau cinta kasih kepada semua makhluk hidup. Justru ketika kita melihat orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan jiwa, seperti stress atau depresi, harusnya orang tersebut diberikan dukungan dan pengertian tetapi bukan dijauhi. Karena gangguan jiwa yang berkepanjangan dapat memungkinkan adanya kecenderungan tindak kriminal (berdasarkan penelitian). Harusnya kita merasa iba atau kasihan, jika melihat teman kita melakukan tindak kejahatan atau misalkan saja melakukan pelanggaran pancasila Buddhis, karena adanya hukum alam atau hukum karma yang akan diterimanya dari perbuatan buruk itu. 

Maka itu jika kita melihat adanya tindakan-tindaka buruk atau bersifat kejahatan, bukan dilawan dengan kebencian, bukan ingin menghancurkan, bukan ingin melenyapkan, tetapi berusaha untuk memperbaiki mereka dengan kasih sayang (Bhante Pannavaro).



Semoga artikel diatas bermanfaat, masih banyak topik-topik yang akan dipublish dari buku "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda" oleh Ven.K.Sri Dhammananda terbitan Yayasan Dhammadipa Arama.

sabbe satta bhavantu sukhitatta
"Semoga Semua Makhluk Berbahagia"

Mettacitena

Upasaka Kurnia Yosep Cahyadi "Candavamso"

Rabu, 17 April 2019

Membudayakan Demokrasi yang Dewasa "Secercah Pandangan"

17 April 2019

17 April 2019 merupakan pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Sebagai seorang warga negara yang baik tentunya kita dituntut untuk menggunakan hak pilih kita secara bijaksana. Kita tentu memiliki pilihan yang berbeda-beda, sebab tentu pemahaman dan pengetahuan yang kita miliki terhadap calon-calon pemimpin bangsa juga berbeda-beda, tidak ada yang sama persis. Para calon pemimpin bangsa tentu merupakan kader-kader dari partai yang berkiprah di dunia legislatif pemerintahan. Mereka memiliki segudang gelar pendidikan yang mudah-mudahan ilmu pengetahuannya bisa diaplikasikan untuk kemajuan bangsa.

Saya menulis secercah pandangan ini pada pukul 15.30 pada saat perhitungan quick count pemilihan presiden. Dengan bersifat netral tanpa berpihak pada salah satu pasangan, kita selayaknya mendukung siapapun yang nantinya terpilih untuk memimpin bangsa ini. Indonesia sudah selayaknya berdemokrasi secara dewasa. Pada mimbar agama Buddha yang disiarkan TVRI 20 Maret 2019, Bhikkhu Saccadhammo, Padesanayaka NTT, menyampaikan bahwa Pemilu adalah pesta demokrasi, pesta gembira dimana masing - masing warga negara mengekspresikan haknya dalam kegembiraan dengan memberikan suaranya untuk turut serta menentukan arah dan masa depan bangsanya. Kegembiraan ini kegembiraan yang dewasa, yang bermartabat, yang mengedepankan cara-cara damai dalam rangka membangun peradaban tertib dan harmonis dalam perbedaan, bukan kegembiraan semu yang mengacaukan, merusak tatanan adab yang merugikan orang lain atau kelompok lain, apalagi merusak martabat bangsa. Pemilu adalah kegembiraan yang dewasa. Yang bertujuan baik untuk membangun keadilan sosial, kesejahteraan, keharmonisan dan kedamaian bernegara bahkan dunia.

Seperti yang bhante Saccadhammo utarakan, bahwa kita sepatutnya bergembira menyambut pesta demokrasi ini secara dewasa, tanpa isu-isu hoax yang saling menuding yang dapat membuat perpecahan bangsa ini. Indonesia harus menjadi bangsa yang lebih beradab, meskipun saya masih melihat adanya pemberitaan mengenai money politics atau politik uang dikalangan masyarakat khusunya kelas menengah kebawah yang menurut saya itu tidak mencerdaskan bangsa dan malah membodohi para generasi muda yang kedepannya menjadi tulang punggung bangsa ini.

Bagi saya siapapun yang terpilih, tidak menjadi persoalan, karena seharusnya apabila bangsa ini sudah menyelenggarakan pemilu yang beradab, pemilu yang jujur, pemilu yang adil, pemilu yang berlandaskan sifat-sifat kenegarawan, yaitu saling menghormati dan menghargai, sesunggunya kita semua sudah menjadi pemenang. Menang dari ego kita yang ingin menguasai amanat masyarakat hanya demi kepentingan ambisi individu. Kita sebagai warna negara sudah menjalankan kewajiban kita untuk memilih dan tidak menjadi golput, sekarang tugas kita adalah menjaga batin kita agar tidak terpancing oleh isu-isu negatif yang kita peroleh dari media informasi digital dan tidak berusaha untuk menyebar isu-isu negatif tersebut yang bisa diklasifikasikan sebagai berita yang belum valid. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, maka sudah sepatutnya kita Warga Negaranya sadar dan mengikuti jalannya Pemilu dengan tertib dan tidak terpancing oleh isu-isu yang belum jelas kebenarannya.

Indonesia masih berjuang untuk memberantas kemiskinan, Indonesia masih berjuang untuk menyalakan lampu dan menyediakan air seluruh desa dari sabang sampai merauke, Indonesia masih berusaha untuk meningkatkan angka literasi, Indonesia masih berusaha untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan balita, untuk itu pemilu ini sangatlah vital untuk menentukan kemajuan suatu bangsa, dan kemajuan suatu bangsa tentu dimulai dari keberadaban warga negaranya. Semoga para pemimpin bangsa kelak dapat menjadi pemimpin yang beradab, bersahaja dan bijaksana dalam memimpin bangsa Indonesia.

Sadhu sadhu sadhu




Perubahan Hidup

Hidup terus berubah, sadar atau tidak disadari, ingin atau tidak diinginkan, harap atau tidak diharapkan....Hidup terus berlanjut, hidup terus berputar, seiring dengan hukum perubahan yang mengaturnya. Aku yang dulu tentu berbeda dengan aku yang sekarang. sederhananya jika dilihat secara biologis saja sudah pasti ada perbedaan. Itulah perubahan hidup yang sederhana, ada lagi perubahan yang jauh lebih bermakna selain melihat tumbuh kembangnya tubuh ini adalah perubahan sikap mental dan spiritual yang menopang batin ini agar terbebas dari penderitaan. Sejatinya manusia selalu menginginkan yang indah-indah, yang enak-enak, tidak menginginkan kesedihan datang dan malah berusaha menutupi perubahan kehidupan yang berkonteks negatif dengan kesenangan duniawi. Kamaraga atau nafsu indrawi menghampirinya tiada henti dan tidak mau bertemu dengan yang menderita atau Dukkha. Sesungguhnya jika kita berlaku seperti itu sebelum penderitaan datang, sebetulnya kita sudah menderita.

Bhante Sri Pannavaro pernah mengatakan bahwa untuk menutupi atau menghapus penderitaan bukan menambalnya dengan kesenangan atau kebahagiaan, namun dengan kita mengurangi penderitaan sedikit demi sedikit, maka kebahagiaan sejatinya akan datang karena pupusnya penderitaan itu. Kebahagiaan itu tidaklah kekal, kita harus mencari tahu akar penderitaan itu dan bukan memupuk akar itu dengan pupuk kebahagiaan yang akan terus berkeliaran dalam lubang samsara, tetapi pupuklah akar itu dengan pengertian yang benar. Dengan pengertian yang benar akan muncul Panna atau kebijaksanaan, dan apabila juga ditopang dengan pelaksanaan sila yang baik, maka penderitaan itu akan dengan sendirinya lenyap tanpa harus diminta.

Dalam Dhammapada ayat 277 - 279 yang saya renungi setiap saat, sejak ditinggal oleh mendiang ibu dan ayah, ini membuat saya semakin berusaha untuk memahami dhamma dengan sebaik-baiknya, saya tentunya tidak ingin membuat sia-sia telah dibesarkan oleh ayah dan ibu.

Semua yang merupakan perpaduan unsur tidaklah kekal
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.

Semua yang merupakan perpaduan unsur tidaklah memuaskan.
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.

Semua yang merupakan perpaduan unsur tak mempunyai diri.
Orang yang memakluminya melalui kebijaksanaan,
Dia dapat mengatasi penderitaan
Inilah jalan menuju kemurnian sejati.

dalam bahasa pali :

"Sabbe sankhara anicca" ti
yada pannaya
passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya.
"Sabbe sankhara dukkha" ti
yada pannaya passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya.
"Sabbe sankhara anatta" ti
yada pannaya passati
atha nibbindati dukkhe
esa maggo visuddhiya.

Dhammapada (Maggavaggo ayat 277,278,279)

Jikalau kita memahami ayat-ayat dhammapada diatas mengenai Anicca, Dukkha, Anatta dengan pengertian yang benar, maka seharusnya kita tidak lagi diperbudak atau diperbodoh oleh batin yang terus berkeliaran kesana-kemari, ingin ini dan itu, kecewa karena tidak mendapatkan, bersedih karena kehilangan, benci karena dilukai atau ditipu, karena hal tersebut merupakan bagian dari Attha Loka Dhamma atau fakta / realita kehidupan yang harus dipahami.

Tulisan diatas ini merupakan rangkuman dari artikel-artikel dhamma yang saya dapatkan, juga pencerahan setelah kebaktian hari minggu kemarin di Vihara Dharma Subha yang dihadiri oleh YM, Bhante Upasanto.

Semoga setelah kita memahami attha loka dhamma atau delapan kondisi yang tak terpisahkan dari kehidupan ini (untung/rugi, kemasyuran/nama buruk, dipuji/dihina, suka dan duka), maka seharusnya manusia tidak lagi memberi makan batinnya dengan segala macam bentuk kesenangan, karena sesungguhnya kesenangan itu akan pudar seiring berjalannya waktu. Kesenangan yang menimbulkan perasaan bahagia itu tentu boleh-boleh saja, asal dilandasi dengan pengertian yang benar. Ada suatu ketika saya menghadiri atau istilahnya melayat ke rumah duka seorang sodara dari tetangga, saya ikut puja bakti perkabungan dan saya melihat pihak keluarga khususnya dari istri suami tersebut sangat bersedih dan terlihat tidak bisa menerima kematian sang suami, begitu juga dengan ayah dari mendiang Ilham hadiwinata, anak penyandang kanker darah yang saya dampingi ketika sebagai relawan paliatif kanker, lagi-lagi saya melihat kesedihan dan berlinangnya air mata si bapak yang tiada henti-hentinya, hal tersebut terjadi karena mereka semua tidak bisa menerima realita hidup yang sesunggunya terjadi pada kita semua. Saya tahu kesedihan mereka begitu mendalam, karena ketika ibu saya meninggal, kesedihan pun menimpa diri saya begitu berat dan perasaan bersalah tak kunjung hilang begitu saja. Tapi kemudian saya berlatih bermeditasi, mulai rajin pergi kebaktian mendengarkan dhamma dan terlebih mulai sering membaca buku-buku dhamma peninggalan mendiang ayah saya. Saya mulai menyadari bahwa kesedihan itu akan muncul seiring kita tidak dapat menerima dan memahami perubahan hidup, karena segala bentuk penyesalan itu tiada guna, meratapi yang sudah berpisah pun tiada arti, teruslah melangkah untuk menuju kebahagiaan sejati. 

Perubahan hidup itu sejatinya berat, yang diatas tentu janganlah tinggi hati, yang dibawah tentu janganlah rendah diri, karena dunia terus berputar. Ada kala kita diatas, tapi tetaplah tegar ketika perubahan itu menghampiri kita, dan ada kalanya yang dibawah bisa mendapatkan keadaan yang lebih baik, tentu janganlah sombong dan tinggi hati. Sinkronisasi dan sinergi antara semua makhluk sejatinya dibutuhkan untuk membuat dunia ini lebih damai. Tentu Dhamma adalah penuntun jalan saya, obat dari bentuk penderitaan dan samsara di dunia ini. Semoga kita semua dapat menjalankan sila dengan baik bagi yang beragama Buddha, bagi yang tidak beragama Buddha, tentu semua agama mengajarkan kebaikan, yaitu menciptakan cinta kasih yang universal...karena dengan cinta kasih, kehidupan akan menjadi tenteram.

Sadhu sadhu sadhu

17 April 2019

Kurnia Yosep Cahyadi
"AKU INSAN BIASA"

Senin, 08 April 2019

Visitasi ke Rumah Yoga "Anak Pita Kuning"

Pada tulisan ini saya akan membagikan cerita saat visitasi ke rumah Yoga yang merupakan anak pita kuning. Visitasi ini bertujuan sebagai pendampingan rekreasional bagi anak yang menyandang penyakit kanker. Kegiatan visitasi termasuk dalam pelayanan paliatif yang tidak hanya melibatkan dokter dan perawat tetapi juga didalamnya terdapat pekerja sosial dan relawan. Salah satunya tugas saya sebagai relawan pendampingan rekreasional adalah melakukan visitasi baik pendampingan di rumah maupun di rumah sakit. Nah Hari Minggu 07 April 2019 saya baru saja melakukan visitasi ke rumah Yoga untuk yang kedua kalinya, setelah sempat berselang satu minggu tidak visit karena ada rapat perayaan gempita waisak.

Nah visitasi kali ini saya lebih banyak ngobrol dengan Yoga loh, saya jadi mengenalnya lebih dekat lagi. Tugas dari relawan pendampingan tidak hanya sebatas update kesehatan mengenai pasien tetapi yang utama adalah kita dapat membantu si pasien untuk mendapatkan kualitas hidup semaksimal mungkin. Yoga masih berumur 15 Tahun dan sekarang kelas 3 SMP dan ketika kemarin saya ngobrol dengannya bahwa Yoga saat ini sedang melaksanakan ujian sekolah dan pada tanggal 22 April nanti akan melaksanakan Ujian Nasional. Hari kemarin kami banyak ngobrol khususnya saya kagum dengannya yang bercita-cita sebagai Bug Hunter atau istilah katanya peretas yang bertujuan memeriksa kerentanan situs-situs dari ancaman para hacker yang memiliki niat jahat. Saya bilang padanya bahwa saya mendukung cita-citanya dan kebetulan dulu keluarga saya sempat memiliki sebuah warnet yang sudah tidak beroperasi namun masih memiliki beberapa stok PC dan saya berjanji pada Yoga untuk membuatkannya sebuah PC agar Yoga dapat belajar sebagai Bug Hunter. 

Yoga pada tanggal 05 April kemarin baru saja selesai pemeriksaan MRI untuk kondisi Rabdomiosarkoma yang dideritanya, kondisi kesehatan saat saya menemuinya terlihat sehat dan Yoga memang anak yang periang. Dan yang pasti semoga kondisi Yoga tetap sehat dan mendapatkan kesembuhan untuk penyakitnya, Saya sendiri sangat mendukung cita-cita Yoga, Yoga termasuk anak yang senang belajar dan tahu apa yang ia ingin lakukan saat kelak besar hehe, beda dengan saya yang masuk sekolah dulu hanya ikut-ikutan teman tanpa memiliki tujuan mau jadi apa ketika masih seumur Yoga. Tentunya semoga cita-cita Yoga ini tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak baik yaa, semoga Yoga kelak kalau sudah dewasa mungkin bisa bekerja di Badan Intelejen Negara atau BSSN.
Kita tidak hanya ngobrol saja tetapi ya seperti visitasi pada umumnya harus diselingi dengan bermain game yeahh!, awalnya kami bermain Ludo bersama Yoga dan sepupu Yoga, yaitu Latip dan Asrof. Hari ini Botbot tidak ada di rumah Yoga, kata Latip dia lagi ngambek hehe. Setelah main Ludo, kami bermain pancasila lima dasar dan terakhir bermain Uno kartu, setelahnya saya pamit pulang ke Yoga karena masih ada kegiatan yang haru saya lakukan siang harinya, yaitu ikut KDAB. Visitasi hari itu hanya dilakukan selama satu setengah jam saja, tetapi hari itu saya jadi lebih banyak tahu tentang Yoga, yaitu cita-cita Yoga dan hari itu pula saya akhirnya berteman dengan Yoga di Facebook. Ternyata Yoga itu pencinta Naruto loh, dia juga suka main game online di Smartphonenya, dia juga punya banyak teman tongkrongan, tetapi saya nasehati Yoga agar berteman atau bergaul itu tetap waspada, harus hati-hati dan mengambil sisi positifnya saja, "Yoga jangan ikut-ikutan yah yang negatif-negatif, misalnya seperti merokok" pesan saya padanya. Yoga seperti adik saya saja, begitu juga adik-adik pita kuning yang pernah saya dampingi, saya menganggap seperti adik sendiri, saya peduli padanya dan tentunya bersimpati atas penyakit yang dideritanya. Harapan saya untuk Yoga pastinya agar Yoga bisa sembuh dan bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya agar cita-citanya bisa tercapai.
Yoga Rivaldi

Latip

Asrof



itu deh sekilas cerita visitasi di hari minggu pagi yang cukup terik mataharinya saya bersama Yoga dan sepupu-sepunya, tentunya saya berharap para relawan pendampingan Yoga lainnya, yaitu kak Cia, Kak Asya, dan Kak Ririn nanti bisa visitasi bareng biar semakin ramai. Semoga saya lebih rajin lagi deh melakukan visitasi hehe, Yoga yang semangat yah, jangan menyerah dan putus harapan, penyakitmu hanya sementara, suatu saat penyakit itu akan berubah menjadi kesembuhan, yakinlah !, kami semua mendukung Yoga dan selalu berdoa untuk kesembuhan Yoga. Yoga tetap semangat juga dalam menggapai cita-citamu.

Dengan penuh cinta kasih.
Mettacitena

Kurnia Yosep Cahyadi

Entri yang Diunggulkan

Kesehatan Jasmani dan Kecencerungan Kriminal

Kesehatan Jasmani dan Kecenderungan Kriminal  dikutip dalam buku "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda" Karangan Ven.K.Sri Dham...