Rabu, 01 Mei 2019

Kunjungan Kasih OTR ke Panti Asuhan Bhakti Luhur

Kali ini saya ingin membagikan cerita saya menghabiskan kegiatan di hari rabu pagi hingga sore pada tanggal 1 Mei 2019 yang kebetulan tanggal merah karena hari buruh. Kali ini komunitas OTR berkesempatan untuk melakukan kunjungan kasih ke Panti Asuhan Bhakti Luhur di daerah citra raya Tangerang. Panti Asuhan tersebut adalah panti asuhan dan juga sekolah untuk anak berkebutuhan khusus antara lain, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, anak yang memiliki autis dan kesulitan belajar. Kunjungan kasih tersebut bertujuan selain untuk memberikan bantuan berupa bahan makanan dan kebutuhan lainnya yang dibutuhkan oleh panti, makan siang bersama anak-anak panti, kami para relawan OTR dan donatur juga datang untuk menghibur anak-anak berkebutuhan khusus.



 Tim OTR dipandu cie Ayu menghibur anak-anak panti 


Kita juga mengajak anak-anak panti untuk bernyanyi bersama




Terakhir selesai kegiatan kami berfoto bersama, anak-anak panti asuhan Bhakti Luhur sangat senang dengan kedatangan kami lohh, semoga dikesempatan berikutnya kami bisa mengunjungi kalian lagi ya adik-adik!.

Foto bersama TIM Baksos OTR

Ya itulah sedikit cerita kegiatan saya di hari rabu pagi yang kebetulan hari libur, dari foto yang saya tampilkan kelihatannya sudah cukup menggambarkan kegiatan apa saja ya yang kami lakukan, tetapi sebetulnya foto-foto tersebut menggambarkan arti yang luas apabila kita mau menyerapkan kedalam lubuk hati. Tentu anak-anak tersebut tidak pernah menginginkan dilahirkan dalam keadaan demikian, jika mereka bisa berpikir secara normal mereka tentu tidak mau menjadi seperti itu. Namun akibat keterbatasan cara kerja otak yang menghambat tumbuh kembang mereka, sehingga mereka hidup dalam keterbatasan dan harus bersekolah di sekolah khusus. Setelah saya mengikuti kegiatan kunjungan kasih di panti asuhan Bhakti Luhur, saya semakin menyadari untuk tidak berhenti mensyukuri hidup setiap hari, setiap detik dalam hidup ini. Ada orang - orang yang lahir dalam keterbatasan, namun apa yang harus dipermasalahkan ?, semua manusia juga hidup dalam keterbatasan, hanya apakah kita mau mementingkan ego kita sendiri atau ikut berkontribusi untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan.Tentu siapa yang mau lahir dalam keadaan demikian, saya melihat ada relawan yang membawa cucu mereka ikut kunjungan kasih tadi pagi dan mereka berumur sekitar 6 atau 7 tahun sama dengan sebagian anak - anak yang ada di panti, Namun mereka terlahir dalam keadaan sehat dan normal, mereka bisa berlari-lari tanpa harus ditemani perawat. Kemudian saya berpikir bahwa sungguh saya sangat bersyukur / gan en bahwa saya dilahirkan dalam keadaan sehat dan normal, tetapi justru karena saya bersyukur, sikap empati terhadap sesama kemudian muncul dan saya berusaha untuk ikut menghibur anak-anak berkebutuhan khusus di panti asuhan Bhakti Luhur, berusaha untuk tidak jaim dan memanfaatkan waktu yang singkat untuk menghibur mereka, meskipun terkadang candaan dan goyangan saya sebetulnya agak garing, yaa walaupun begitu setidaknya saya sudah berusaha untuk membuat mereka bergembira pada hari itu.

Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut sungguh bergembira saat kami hibur, entah hiburan kami lucu atau tidak, mereka tetap tersenyum tanpa syarat, senyum dan tawa mereka tulus dan tidak mengisyaratkan apapun. Berbeda ada sebagian orang bisa tersenyum, namun senyum mereka memiliki maksud tertentu, bahagia mereka memiliki maksud tertentu, mungkin ada yang tersenyum atau senang hanya karena menuruti saja atau hanya karena merasa tidak enak. dua hal yang saya pelajari dari anak-anak abk tersebut adalah "Ketulusan yang benar-benar dari hati dan tidak mengharapkan imbalan" dan juga penerimaan atas kondisi kehidupan yang mereka alami, memang mungkin mereka tidak mengerti atas kondisi yang mereka alami, tetapi setidaknya mereka toh masih bisa bersosialisasi dengan cara mereka sendiri tanpa harus merasa malu dengan kondisi mereka -  "Bersyukur dan menerima kehidupan atau berusaha untuk tidak melekat atau bebas dari upadana.

"Banyak sekali penyakit dalam kehidupan ini : kondisi tubuh yang tidak selaras, ketidakakuran dalam keluarga, serta gejolak dan ketidaknyamanan dalam masyarakat" - Master Cheng Yen.

"Bila kita ingin memupuk cinta kasih yang murni, jangan biarkan perasaan "ingin memiliki" dan "takut kehilangan" menguasai hati kita. Jika kita tidak mengharapkan imbalan, maka tidak akan timbul kerisauan" - Master Cheng Yen.

Semoga 2 kata perenungan dari master Cheng Yen tersebut dapat mencerahkan kita semua. 

Dengan penuh pikiran cinta kasih
Mettacitena

Semoga semua makhluk berbahagia,

Kurnia Yosep Cahyadi




Menjadi Relawan Tzu Chi

Tanggal 28 April 2019 kemarin saya mengikuti training Abu Putih di yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Pantai Indah Kapuk. Training relawan AP tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi para relawan Tzu Chi tentang hal - hal yang berhubungan dengan visi dan misi tzu chi. Untuk mewujudkan Visi dan Misi Tzu Chi maka para relawan perlu dibekali beberapa pengetahuan seperti pengetahuan tentang manajemen organisasi di Yayasan Buddha Tzu Chi, tugas - tugas relawan Tzu Chi, Budaya Humanis, menggalang hati dan menggalang dana.

Seperti diketahui bahwa Tzu Chi memiliki visi untuk menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat yang aman dan tenteram (harmonis), serta dunia terhindar dari bencana. Cita - cita ini hanya akan dapat tercapai dengan menumbuhkan cinta kasih di dalam diri setiap orang. Inilah yang dilakukan Tzu Chi dengan menjalankan 4 misi utama, 8 jejak Dharma, yaitu :
1. Misi amal
2. Misi kesehatan
3. Misi Pendidikan
4. Misi budaya kemanusiaan
5. Bantuan bencana internasional
6. Donor sumsum tulang
7. Pelestarian lingkungan
8. Relawan Komunitas
(www.tzuchi.or.id)

Banyak yang saya pelajari ketika mengikuti training abu putih pada saat itu mulai dari sejarah didirikannya yayasan Buddha Tzu Chi oleh shang ren (master) Cheng Yen pada tahun 1966 sampai dengan menjadi yayasan yang sangat besar dan melayani masyarakat yang membutuhkan di 94 negara di Dunia, saya belajar mengenai tahapan-tahapan menjadi relawan yang baik dan sesuai prosedur, belajar menggalang hati dan dana untuk mewujudkan visi dan misi Tzu Chi, dan yang paling saya sukai adalah materi Budaya Humanis yang mengajarkan kita untuk bertata susila dengan baik dan mulia di dalam kehidupan bermasyarakat dari mulai hal kecil hingga besar. Semua pelatihan tersebut membuat saya semakin bersyukur dan sangat bersyukur, saya sangat Gan En dari hati yang paling dalam karena hidup saya dapat mengenal Tzu Chi. Tzu Chi mengajarkan saya untuk hidup lebih bersyukur dengan segala keadaan yang saya miliki, Tzu Chi mengajarkan saya untuk berperilaku sesuai dengan etika dan tata kesusilaan yang luhur, Tzu Chi mengajarkan saya untuk menghargai sebutir nasi yang didapat dan diproses melalui serangkaian kegiatan yang tidak sedikit. Dan terlebih saya sangat bersyukur karena dapat menjadi manusia yang tentunya dapat bermanfaat bagi sesama.

Lalu bagaimana saya bisa terdampar di Tzu Chi ? hehe saya tidak terdampar sih, hati saya yang memang ingin berada di Tzu Chi sebagai relawan, bukan karena ajakan orang dan bukan karena ikut-ikutan. Saya memang dulu pernah ke kantor Daai TV di mangga Dua kalau tidak salah sewaktu masih bekerja sebagai sales representative selepas kuliah pada kurun waktu 2012 - 2014. Selepas ke kantor DAAI TV tersebut saya sempat terpikir untuk mendaftar menjadi relawan, tetapi karena pekerjaan yang cukup menyita waktu, maka niat menjadi relawan itu mulai terlupa dalam diri saya. Itulah awal mula saya pertama kali ke yayasan Buddha Tzu Chi, tentu sebelumnya saya sudah sering meneteskan air mata akibat menonton drama Tzu Chi bersama keluarga di rumah. Lalu keinginan menjadi relawan Tzu Chi sebetulnya datang pada saat saya sedang di rumah sakit menjaga mendiang ibu yang sedang terkapar melawan kanker, saya sedang menonton Daai TV yang sedang menyiarkan sebuah iklan donasi untuk Gempa Palu yang terjadi pada tanggal 28 September 2018. Saya melihat banyak orang menggalang donasi untuk palu, dan saya berpikir bahwa saya mau menyumbang ke yayasan Buddha Tzu Chi untuk gempa palu, lalu saya lihat instagram Yayasan Buddha Tzu Chi dan memang donasi sudah mulai digalakkan, dan saya langsung menyumbang melalui transfer rekening ke yayasan untuk donasi bencana alam. Akhirnya sejak saat itu saya mulai searching-searching kembali bagaimana cara menjadi relawan Tzu Chi selepas kepergian ibu tercinta pada bulan awal november 2018 dan sempat berniat untuk menghubungi kantor yayasan Buddha Tzu Chi kantor penghubung Tangerang - Kantor Pinangsia. Belum sempat saya mengubungi yayasan, saya bertemu seorang relawan Tzu Chi saat mengikuti kegiatan spiritual bersama komunitas OTR di Vihara Namhai Sukabumi pada pertengahan bulan Desember 2018, akhirnya saya berkenalan dengan Sx. Antony Tanoto dan mulai sejak itu Sx. Antony mengabari saya untuk mengikuti kegiatan sosial Tzu Chi dan berkenalan dengan relawan-relawan Tzu Chi lainnya dan kebetulan saya bertemu dengan relawan yang kebanyakan usianya sudah sepuh hehe, saya sangat menghormati mereka seperti saya menghormat kepada orang tua saya. Saya mulai mengikuti Volunteer gathering, ikut baksos pengobatan, ikut kegiatan donor darah sebagai relawan pembantu, lalu ikut sosialisasi 2 jam dan sampai akhirnya saya mengikuti pelatihan abu putih untuk dikukuhkan menjadi relawan abu putih pada tanggal 28 Mei 2019 lalu.

Semoga setelah saya mengikuti pelatihan abu putih tersebut membuat saya semakin bersemangat menjadi relawan Tzu Chi dan dapat menjalankan kewajiban sebagai relawan dengan sebaik-baiknya. Semoga saya dapat lebih aktif mengikuti kegiatan Tzu Chi. Relawan adalah seorang yang bersukarela dari hati untuk menolong orang lain, semoga saya tidak lupa tujuan saya untuk menjadi relawan, untuk membagikan kebahagiaan, untuk mengikis penderitaan orang yang ditolong. Saya jadi teringat kata-kata dari lao shi yang mengajarkan budaya humanis saat pelatihan, yaitu bahwa insan Tzu Chi adalah orang yang memberikan kebahagiaan, mencabut penderitaan, dan kita harus Gan En kepada Gan En Fu. Gan En Fu adalah orang yang menerima bantuan dan mau menerima bantuan, maka itu kita harus berterima kasih kepada Gan En Fu, karena telah diberikan kesempatan untuk berbuat baik dan bantuan kita diterima olehnya.

Jadi inilah sekilas cerita saya saat mengkuti pelatihan Abu Putih di Yayasan Buddha Tzu Chi Pusat, cerita ini saya buat hanya sebagai pengingat bagi diri saya kelak untuk tidak lupa diri, untuk dapat menjaga diri, menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan, menjaga budaya humanis agar tetap tertanam pada diri saya (Bersyukur, Menghormati, Mencintai), dan selalu mengingat bahwa saya adalah relawan, entah sebagai relawan Tzu Chi atau relawan lainnya untuk dapat membantu dengan sebaik-baiknya, dengan tulus, dengan penuh cinta kasih dan welas asih.
Bersama teman-teman relawan Tzu Chi dari Tangerang


sebagai penutup, inilah beberapa kata perenungan dari master Cheng Yen

"Perasaan bersyukur harus ditunjukkan dalam tindakan nyata"

"Segala perbuatan harus dimulai dari sebuah tekad, bagaikan menanam sebatang pohon yang berawal dari sebutir benih"

"Seseorang harus menyalakan pelita di dalam hatinya sendiri terlebih dahulu, baru dapat menyalakan pelita di dalam hati orang lain"



Jiayou ! Gan En
Semoga semua makhluk berbahagia

Kurnia Yosep Cahyadi

Entri yang Diunggulkan

Kesehatan Jasmani dan Kecencerungan Kriminal

Kesehatan Jasmani dan Kecenderungan Kriminal  dikutip dalam buku "Bagaimana Mengatasi Kesulitan Anda" Karangan Ven.K.Sri Dham...