17 April 2019
17 April 2019 merupakan pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Sebagai seorang warga negara yang baik tentunya kita dituntut untuk menggunakan hak pilih kita secara bijaksana. Kita tentu memiliki pilihan yang berbeda-beda, sebab tentu pemahaman dan pengetahuan yang kita miliki terhadap calon-calon pemimpin bangsa juga berbeda-beda, tidak ada yang sama persis. Para calon pemimpin bangsa tentu merupakan kader-kader dari partai yang berkiprah di dunia legislatif pemerintahan. Mereka memiliki segudang gelar pendidikan yang mudah-mudahan ilmu pengetahuannya bisa diaplikasikan untuk kemajuan bangsa.
Saya menulis secercah pandangan ini pada pukul 15.30 pada saat perhitungan quick count pemilihan presiden. Dengan bersifat netral tanpa berpihak pada salah satu pasangan, kita selayaknya mendukung siapapun yang nantinya terpilih untuk memimpin bangsa ini. Indonesia sudah selayaknya berdemokrasi secara dewasa. Pada mimbar agama Buddha yang disiarkan TVRI 20 Maret 2019, Bhikkhu Saccadhammo, Padesanayaka NTT, menyampaikan bahwa Pemilu adalah pesta demokrasi, pesta gembira dimana masing - masing warga negara mengekspresikan haknya dalam kegembiraan dengan memberikan suaranya untuk turut serta menentukan arah dan masa depan bangsanya. Kegembiraan ini kegembiraan yang dewasa, yang bermartabat, yang mengedepankan cara-cara damai dalam rangka membangun peradaban tertib dan harmonis dalam perbedaan, bukan kegembiraan semu yang mengacaukan, merusak tatanan adab yang merugikan orang lain atau kelompok lain, apalagi merusak martabat bangsa. Pemilu adalah kegembiraan yang dewasa. Yang bertujuan baik untuk membangun keadilan sosial, kesejahteraan, keharmonisan dan kedamaian bernegara bahkan dunia.
Seperti yang bhante Saccadhammo utarakan, bahwa kita sepatutnya bergembira menyambut pesta demokrasi ini secara dewasa, tanpa isu-isu hoax yang saling menuding yang dapat membuat perpecahan bangsa ini. Indonesia harus menjadi bangsa yang lebih beradab, meskipun saya masih melihat adanya pemberitaan mengenai money politics atau politik uang dikalangan masyarakat khusunya kelas menengah kebawah yang menurut saya itu tidak mencerdaskan bangsa dan malah membodohi para generasi muda yang kedepannya menjadi tulang punggung bangsa ini.
Bagi saya siapapun yang terpilih, tidak menjadi persoalan, karena seharusnya apabila bangsa ini sudah menyelenggarakan pemilu yang beradab, pemilu yang jujur, pemilu yang adil, pemilu yang berlandaskan sifat-sifat kenegarawan, yaitu saling menghormati dan menghargai, sesunggunya kita semua sudah menjadi pemenang. Menang dari ego kita yang ingin menguasai amanat masyarakat hanya demi kepentingan ambisi individu. Kita sebagai warna negara sudah menjalankan kewajiban kita untuk memilih dan tidak menjadi golput, sekarang tugas kita adalah menjaga batin kita agar tidak terpancing oleh isu-isu negatif yang kita peroleh dari media informasi digital dan tidak berusaha untuk menyebar isu-isu negatif tersebut yang bisa diklasifikasikan sebagai berita yang belum valid. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, maka sudah sepatutnya kita Warga Negaranya sadar dan mengikuti jalannya Pemilu dengan tertib dan tidak terpancing oleh isu-isu yang belum jelas kebenarannya.
Indonesia masih berjuang untuk memberantas kemiskinan, Indonesia masih berjuang untuk menyalakan lampu dan menyediakan air seluruh desa dari sabang sampai merauke, Indonesia masih berusaha untuk meningkatkan angka literasi, Indonesia masih berusaha untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan balita, untuk itu pemilu ini sangatlah vital untuk menentukan kemajuan suatu bangsa, dan kemajuan suatu bangsa tentu dimulai dari keberadaban warga negaranya. Semoga para pemimpin bangsa kelak dapat menjadi pemimpin yang beradab, bersahaja dan bijaksana dalam memimpin bangsa Indonesia.
Sadhu sadhu sadhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar