“Orang yang Sukar Diketemukan"
Sumber : Anguttara Nikaya 1.119 : Dullabha Sutta
Artikel oleh : Upc. Yosep Cahyadi
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
Pujaca Pujaniyanam Etammangalumuttaman
Menghormat yang patut dihormat, itulah berkah utama.
Semua makhluk hidup baik manusia ataupun
binatang menginginkan rasa aman, kebahagiaan dan jauh dari penderitaan. Tidak
ada manusia yang ingin mendapati suatu permasalahan dalam kehidupannya, tetapi
karena kita terlahir kedunia ini pasti tidak akan luput dari masalah kehidupan.
Tentu permasalahan kehidupan setiap orang berbeda-beda. Bayi yang baru lahir
sudah merengek-rengek karena kedinginan, itu juga sebuah masalah. Masalah
cenderung menimbulkan ketidakpuasan atau penderitaan jika kita tidak bisa
menghadapinya.
Ketika kita semua lahir, ada yang pasti
merawat kita, memberi makan atau menyusui, memandikan, memakaikan kita pakaian,
mengajak kita bermain dan menidurkan kita. Ketika beranjak dewasa kita kemudian
disekolahkan agar bisa memiliki pengetahuan. Dan semua itu dilakukan oleh Ayah
dan Ibu kita semua, jikapun kita tidak memiliki ayah atau ibu, pasti ada
seseorang yang karena kebaikan hatinya mau mengurus kita saat masih kecil.
Sang Buddha yang telah begitu lama Parinibbana
lebih dari 2600 tahun yang lalu, ajarannya selalu mengajarkan kita semua agar
janganlan berbuat jahat, perbanyak kebajikan dan mensucikan hati dan pikiran. 3
hal tersebut erat kaitannya dengan mengembangkan Sila, Samadhi dan Panna agar
kita semua terbebas dari penderitaan dan dapat memperoleh kebahagiaan sejati.
Dapat bertemu dengan seorang sahabat atau seseorang yang baik secara moral,
memiliki cinta kasih serta mau menolong sesama adalah suatu berkah utama di
dalam mangala sutta. Hal tersebut terjadi karena jasa-jasa kebajikan yang kita
buat di masa lampau bisa bertemu dengan orang yang baik.
Di dalam Dullabha Sutta (AN.2.119) : Sang
Buddha mengatakan kepada para Bhikkhu, ada dua macam manusia yang sukar
diketemukan di Dunia ini :
1.
Orang yang disebut Pubbakari, yaitu orang yang
memberikan pertolongan sejati.
2.
Orang yang disebut Katannukatavedi, yaitu orang
yang menyadari telah menerima pertolongan orang lain, dan merasa berterimakasih
serta berusaha membalas budi yang telah ia terima,
Pubbakari adalah orang yang memberikan
pertolongan sejati, pertolongan sejati yang dimaksud disini adalah pertolongan
yang akan selalu ada kapanpun dan dimanapun selama masih sanggup dilakukan.
Dapatkah kita melihat contoh seorang Pubbakari ? Contoh yang paling mudah
adalah orang tua kita sendiri, yaitu ayah dan ibu adalah seorang Pubbakari bagi
kita semua. Karena kasih orang tua sepanjang masa tidak mengenal waktu dan
dilakukan atas dasar kasih sayang yang tiada batas seperti yang terkandung di
dalam Karaniyametta Sutta yang berbunyi : “sebagaimana seorang ibu
mempertaruhkan jiwa melindungi putra tunggalnya; demikianlah terhadap semua
makhluk kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas. Seperti itulah cinta orang
tua kepada anaknya, orang tua memberikan semua yang terbaik semampunya untuk
kita, sejak kita bayi sampai kita dewasa, hingga akhir hayat beliau. Beliau melakukan yang terbaik bagi anaknya, mengasuh dari bayi hingga
dewasa, mengobati mereka bila sakit, memberikan mereka pendidikan, menyediakan
makanan, mencarikan mereka pasangan untuk berumah tangga, mewariskan mereka
harta kekayaannya dan semua itu dilakukan semata-mata agar anak mereka bahagia,
memiliki bekal yang cukup di masa depan. Semua itu dilakukan oleh orang tua tanpa
pamrih kepada anaknya dan pengorbanan yang ayah dan ibu lakukan tidaklah demi
untuk mendapatkan balas jasa dari sang anak, tetapi karena kepedulian dan kasih
ayah dan ibu kepada sang anak, apakah sang ibu pernah menakar air susunya ?.
Sebagai anak, apa yang akan kita lakukan untuk
kedua orang tua kita, yang mana mereka adalah Pubbakari bagi kita, karena
sekecil apapun tindakan yang mereka lakukan kepada kita, mereka tetaplah kedua
orang tua kita, khususnya ibu yang begitu sulitnya mengandung kita dan betapa
sakitnya saat melahirkan kita. Kita begitu sangat berhutang budi pada orang tua
yang telah melahirkan kita ke dunia. Maka tentu kita harus menjadi seseorang
yang disebut Katannukatavedi, yaitu orang yang menyadari telah menerima
pertolongan dan merasa berterimakasih serta berusaha untuk membalas budi.
Di dalam Sigalovada Sutta terdapat lima
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anak-anak kepada orang tua mereka, yaitu
:
1.
Menyokong orang tua
2.
Melakukan kewajiban-kewajiban bagi orang tua
3.
Mempertahankan kekayaan keluarga
4.
Berkelakuan yang pantas demi nama baik keluarga
5.
Melakukan perbuatan-perbuatan berjasa untuk
dipersembahkan pada orang tua yang telah tiada (Pattidana).
Namun bagi kalian, adik-adik yang masih
sekolah dan belum bisa mencari uang bagaimana bisa membalas jasa kebaikan orang
tua ? tentu tetap bisa karena membalas budi bukan berarti harus selalu dengan
memberikan materi kepada orang tua, tetapi dengan adik-adik selalu mengikuti
nasehat dari ayah dan ibu, tekun untuk belajar, berusaha membantu ayah dan ibu
di rumah, selalu bersikap hormat, memiliki sopan santun dan ramah kepada
mereka, tentu adik-adik sudah melakukan praktek dari Katannukatavedi. Akan
tetapi bila adik-adik menjadi anak yang bandel, tidak mendengarkan nasehat
orang tua, tidak giat belajar dan apalagi tidak mau mengikuti sekolah minggu,
niscaya hati orang tua akan menjadi sangat sedih.
Maka dari itu adik-adik yang terkasih, sebagai
siswa-siswi sang Buddha marilah kita mempraktekkan ajaran Beliau dengan penuh
keyakinan. Karena beliau adalah seorang Guru Agung yang mengajarkan kepada kita
mengenai ajaran yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah
pada akhirnya, seorang Guru Agung yang membimbing kita menjadi manusia yang
baik dan berbudi luhur.
Sebagai akhir cerita, saya sisipkan Maklumat
Brahmagiri II dari Raja Asoka yang merupakan ringkasan dari Khotbah Sang Buddha
kepada Pangeran Suku Licchavi yang menekankan pentingnya kewajiban seorang anak
terhadap orang tua, yang berbunyi sebagai berikut :
“Ibu, ayah dan Guru harus dirawat dengan
sebaik-baiknya. Kasih sayang harus diberikan pada semua makhluk. Harus
berbicara benar. Semua kebajikan ini harus dianjurkan.’
“Begitu juga, Upajjhayo (guru penahbis)
haruslah dihormati murid. Hubungan harus dijalankan secara pantas.”
“Inilah perilaku kuno yang wajar. Inilah penyebab
umur panjang. Karenanya ini harus dijalankan.”
sabbe satta bhavantu sukhitatta